Genap dua bulan sudah, bapak yang sangat saya sayangi telah meninggalkan kami sekeluarga. Masih teringat jelas bagaimana bapak ada di tengah – tengah kami. Rasanya terlalu singkat waktu bapak di dunia ini, tapi bagaimanapun saya cukup senang karena bapak telah berusaha memberi semangat kepada anak – anaknya dan cucu – cucunya sampai usia yang ke 85 tahun. Orang – orang bilang, bapak telah dikasih bonus usia yang banyak untuk menemani keluarganya. (terimakasih ya Allah) Masih teringat jelas saat – saat bapak ada di dunia ini. Bapa memang punya penyakit paru – paru, mungkin ini hasil dari masa muda yang merokok. Bapak baru mulai berhenti merokok saat mulai sakit – sakitan, pas saya masuk SMP. Bapak berhenti total pas saya duduk di bangku SMA, saat itu bapak jadi mulai berisi tubuhnya, karena yang biasanya bapak ngerokok n ngopi, jadi lari ke minum susu dan makan yang banyak. (senangnya).
Bapa memang sakit – sakitan, semakin parah pas saya duduk di bangku kuliah. Yang biasanya ke dokter jarang kalau ada keluhan, sampai harus terus – terus berobat. Ke dokter bisa 1 bulan sekali, dan kadang 2 minggu sekali n 1 minggu sekali. Sesakit – sakitnya bapak, bapak belum pernah dirawat di Rumah Sakit. Karena di rumah juga sudah ada tabung oksigen, jadi tidak perlu khawatir kalau bapak perlu oksigen. Bapak berobat jalan seperti itu hampir 4 tahun, yang benar – benar tidak bisa lepas dari obat.
Saya pun sering teringat bapa waktu masih ada, karena saya kos di Bandung. Saya pun sebisa mungkin sering pulang ke Rumah. Saya masih ingat saat bapak terakhir di medicak check up pas bulan November 2008, sama ibu juga. Hasilnya mengejutkan, ibu saya ternyata lebih banyak penyakitnya daripada bapak. Tetapi ibu tidak pernah merasa sakit, paling kadang – kadang sakit terus ke dokter, dan kalau sakit lagi baru ke dokter. Mungkin karena perempuan daya tahan tubuh nya tinggi, jadi kebal terhadap penyakit.
Bapak saya rutin berobat, tiap hari minum obat. Kalau ibu saya hanya kalau kerasa penyakitnya saja baru berobat. Begitulah sekilas tentang orang tua saya.
Sekitar bulan Agustus bapak mulai sakit parah, sering banyak cerita tentang rasa sakitnya, biasanya bapak bilang tidak sakit terus (mungkin ga di rasa, takut buat ibu dan anak – anaknya sedih). Meskipun sakit bapak tetap menjemput saya di tempat KKN di Cipatujah, waktu itu bahkan rencananya mau langsung ke pangandaran. Tetapi karena ponakan saya mabok perjalanan, jadi dari cipatujah langsung pulang ke rumah.
Bulan puasa saya mulai masuk kuliah, jadi saya tidak pul puasa di rumah. saya sedih banget karena bapa tidak mampu untuk tarawih berjamaah di mesjid, Cuma beberapa kali saja ke mesjid. Jadi bapak Cuma tarawih di rumah saja, alhamdulilah meskipun sakit, bapak tetap berpuasa. Waktu idul fitri tiba, bapak ikut salat idul fitri di mesjid. Pulang salat, bapak langsung istirahat, tidur di kamar. Bapak kecapean, sedih sekali rasanya. Di tambah lagi obat bapak habis, dan waktu itu dokter belum buka praktek karena masih libur. Selalu seperti itu di kemudian bulan berikutnya, pas liburan idul adha, natal dan tahun baru, itu juga bermasalah, bapak selalu kehabisan obat. Alhamdulilah, bapak bisa kembali ke mesjid setelah lama ga ke mesjid.
Bulan Desember dan Januari, Alhamdulilah saya lama di rumah, karena waktu itu banyak libur panjang, di tambah libur sebelum UAS dan sesudah UAS. Setelah UAS saya tidak langsung pulang kerumah, saya bersama teman – teman kuliah, main dulu ke kuningan ke salah satu rumah temen kami. Lalu saya masih ingat, hari itu tanggal 25 saya pulang ke rumah. Besoknya hari selasa, seperti biasa saya hanya di rumah. Pada saat itu bapak memang sakit parah, dan suaranya juga hilang dan katanya kalau minum suka sakit. Oleh dokter bapak entah di kasih obat apa, katanya kalau masih sakit minum, harus di cek tenggorokan. Tiba – tiba saat itu setelah Asar, dan saya lagi tidur – tiduran di kursi, samar – samar saya mendengar suara bapak yang memanggil – manggil, “nia, itu liat ibu”. Saya antara sadar dan tidak, tiba – tiba ibu saya menangis sehabis salat dan langsung megang – megang perutnya sambil menghampiri saya. Ini pertama kalinya saya melihat ibu saya benar – benar kesakitan.
Saya kaget, lalu saya bergegas membantu ibu saya untuk berbaring. Lalu saya mengambil air minum, saat itu saya melewati bapak yang lagi tiduran di kursi juga, di ruang lain. lalu bapak menanyakan bagaimana keadaan ibu, saya tidak bisa bicara apa – apa, melihat keadaan bapak yang sakit. Bapak Cuma menatap saya dan bilang, “wayahna”. Saat itu saya menangis. Sedih sekali rasanya melihat kedua orang tua yang lagi sakit dan saat itu dirumah hanya bertiga dan hujan besar sekali.
Saya memberi minum ibu saya, dan saya bertanya bagian mana yang sakit. Ibu saya menunjukan bagian perut, perut bawah dan pinggang. Saya mau memegang tubuh ibu, berniat mau memijat, tapi ibu saya sakit kalau di sentuh. Dan bilang mungkin malaikat maut akan datang saat itu, saya semakin sedih. Tiba – tiba saya ingat kaka saya, lalu saya berniat menghubungi. Alhamdulilah saat itu pulsa saya masih ada meskipun sedikit, saya berusaha menghubungi kakak saya, tetapi tidak bisa. Akhirnya saya keluar rumah dan alhamdulilah dapat signal. Signal di rumah saya memang jelek, mungkin karena saya berdiam di kampung.
Tidak lama kemudian a’ lili, kaka saya yang ke 6 datang ke rumah. Terus tanya, bagaimana bisa jadi kaya gini. Terus kaka saya menghubungi kaka ipar saya yang bidan, tidak lama kemudian datang bersama kaka pertama saya. Saat itu kaka saya yang ke 8 dan istrinya juga sudah ada dirumah, karena dihubungi juga. Setelah itu ibu saya di bawa ke dokter umum yang ada di panumbangan, dokter Devi namanya. Saya tidak ikut mengantar karena saya menemani bapak saya.
Setelah itu datang kaka saya yang ke 2, lalu berniat di bawa ke dokter di tasik. Saat itu sudah malam, jadi tidak memungkinkan kalau ke tasik saat itu, jadi di putuskan keesokan harinya. Kebetulan bapak juga sudah waktunya check up hari jumat, tetapi mau di ajak bareng saja hari rabu. Rabu pagi saya, ibu dan bapak, a’heri dan a’endik pergi ke tasik, ke dokter dedi. Alhamdulilah dapet antrian no 4, tapi ibu saya tidak bisa langsung berobat. Karena saat itu harus di cek lab dulu, karena di rujuk oleh dokter Devi. Bapak saya berobat hari itu. Hari kamis pagi hasilnya di ambil dari lab prodia, dan di bawa ke dokter Devi. Tetapi ibu sayanya tidak ikut. Dokter Devi menyarankan ibu saya berobat ke dokter ahli.
Akhirnya hari jumat ibu saya ke dokter dedi juga, dan alhamdulilah daftar riwayat penyakit ibu nia ketemu sama asistennya itu. Saya sedih banget, penyakit ibu nia lumayan parah. Lalu dokter dedi merujuk ibu ke dokter haryo juga.
Tanggal 2 February saya ke Bandung karena mau ngurus KRS untuk semester genap. Hari kamisnya saya ke rumah, dan saya sangat senang karena saat itu bapak kelihatan sehat. Saat itu saya juga di kasih tahu kalau besannya bapak, mertuanya ceceu nia meninggal dunia hari rabu. Saya kamis itu tidak menginap di rumah, karena ada urusan kuliah yang harus saya urus. Saya juga pamit pada ibu dan bapak, saya juga sangat merasa senang dan tenang melihat ibu dan bapak mendingan.
Tiba – tiba seminggu kemudian, tanggal 12 saya mendapat kabar dari teh nita, kakak ipar saya. Bapak sakit, tidak seperti biasanya. Katanya dari hari kamis sore tanggal 11. Hari jumat itu bapak di bawa ke Dokter, dan di sarankan di cek lab semuanya. Hasilnya belum bisa di ambil, dan katanya baru bisa di ambil hari senin. Saya sangat sedih sekali mendengarnya. Mendengar bapak sakit saat itu, entah kenapa saya merasa berbeda perasaan dari waktu bapak sakit sebelumnya. Saya juga merasa ga tenang, ga bisanya bapak sakit dan sampai pindah tidur di tengah rumah, ga di kamar. Saat itu juga 3 orang kaka saya nginap dirumah bergantian. Saya di telepon a’lili katanya bapak baik – baik sajah, dan tenang karena banyak yang merawat dan sudah di bawa ke dokter. Tapi saya tidak tenang juga, saya mau pulang tapi di larang, katanya konsen kuliah saja. Ternyata bapak saya, menyuruh saya jangan diberitahu kalau sakit parah saat itu. Jumat, sabtu, minggu. Itu menjadi hari yang panjang buat saya. Saya terus – terusan memikirkan bapak. Senin sore saya menghubungi kaka, katanya belum pulang dari dokter. Entah kenapa, hari senin itu perasaan saya tidak karuan, saya sedih sekali, tidur pun tidak tenang. Rencananya saya mau pulang hari selasa sore setelah kuliah.
Selasa pagi saya mengecek HP dan ada banyak Miss Call dan ada SMS dari kaka saya, “nia, yang sabar ya, bapak di rawat di Rumah Sakit”, deg. Membaca SMS itu saya menjadi tidak karuan, rasanya itu tidak mungkin. Karena bapak saya belum pernah di rawat di rumah sakit. Setelah membaca SMS itu, saya langsung pulang, sampai – sampai tidak sempat mandi.
Tadinya saya mau langsung ke Jasa Kartini, tapi ternyata saya baru sadar ATM saya ketinggalan di kosan, dan saya hanya bawa uang pas – pas an. Akhirnya saya putuskan pulang ke rumah. Di rumah ada kakak perempuan saya, kami akhirnya saling berpelukan dan menangis. Ibu saya katanya telah pergi ke rumah sakit tadi pagi, dan saya menyusul setelah asar bersama kaka saya.
Tiba di rumah sakit, saya tidak bisa menahan air mata. Saya menangis melihat keadaan bapak, saya mencium tangannya dan memeluk bapak dengan hati – hati, takut bapak merasa sakit. Setelah itu saya memeluk ibu saya. Hampir 1 minggu bapak di RS, tapi tidak ada perkembangan yang memuaskan. Karena dokter pun memang tidak sanggup dan menyarankan di bawa ke bandung, tetapi bapak saya tidak mau. Bapak saya bilang, kasian ke sodara dan tetangga yang mau nengok. Akhirnya hari sabtu malam setelah CT scan terakhhir bapak pulang ke rumah, dan hasil CT scan itu mau di bawa ke Bandung buat di konsultasikan sama dokter. Dokternya itu prakteknya hari selasa.
Hari minggu saya menyuapi dan ngasih minum obat ke bapak, tiba – tiba bapak nanyain melon. Mungkin bapa serasa masih di Rumah Sakit, karena di kasih melon. Saya bingung karena di rumah saat itu tidak ad buah melon, saya akhirnya menghubungi kaka saya. Ternyata di pasar panumbangan, di cihaur, ciawi, dan panjalu buah melon tidak di temukan. Terus kaka saya menghubungi kaka saya yang kebetulan lagi berada di tasik, tetapi ternyata di tasik pun tidak menemukan melon.
Senin saya menyempatkan kuliah jam 09.50, berangkat pagi – pagi – pagi dari rumah, tetapi malang dosennya tidak ada. Setelah zuhur saya langsung pulang ke rumah lagi. Bapak tetap nanyain melon, tetapi melonnya belum di temukan. Hari selasa siang, bapak tetap nanyain melon. Beruntung ayahnya salah satu kaka ipar nia lagi di perjalanan dari jawa, dan kaka nia pesan kalau menemukan melon tolong di beli. Sekitar magriban ayahnya kaka ipar nia tiba dirumahnya, dan setelah isya kaka ipar nia dan kaka nia mengambilnya. Selasa malam itu setelah makan bubur, buburnya juga banyak yang biasanya 3 sendok ajah susah ini bapak bisa makan 5 sendok. Madu, obat herbal, obat dari dokter juga tidak susah. Bapak juga minum cukup banyak, padahal biasanya minum Cuma 1 sendok. Saat itu juga bapak makan melon, dan cukup banyak makannya. Saya, ibu dan kaka – kaka saya sangat senang melihatnya. Kami semua berharapa itu menjadi awal yang baik untuk kesembuhan bapak, tetapi ternyata Allah berkehendak lain malam itu tanggal 23 February, hari selasa, sekitar jam 23.35 menit bapak meninggalkan kami sekeluarga. Untung saja malam itu bapak sempat memakan melon yang tiap hari selalu ditanyakan. Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk bapak. Amin.
0 comments:
Post a Comment