Sinopsis Putri Yang Ditukar episode 9 dan 10
Zahira sedang memandangi gantungan kunci yang ditemukan dilokasi kejadian. Arman bilang pada Zahira, bisa jadi ada orang yang mencelakai Prabu. Saat itu Meisya, Amira dan Rizky mendengar Arman bicara.
Meisya langsung merebut gantungan kunci dari tangan Zahira. Zahira bilang biar dia saja nanti yang memberikan gangtungan kunci itu kalau Prabu sudah sadar. Meisya bilang Zahira hanya ingin semakin berjasa di depan ayahnya.
Rizky datang dan bilang agar Zahira dan Meisya jangan bertengkar, karena Prabu sedang sakit. Meisya mengusir Amira. Lalu perawat datang memberitahu kalau Prabu sangat kritis.
Zahira dan Aini datang duluan melihat Prabu. Selena dan Meisya datang lalu membentak Aini dan Zahira agar jangan berpura – pura baik. Dokter menyuruh semuanya keluar karena mereka berisik mengganggu ketenangan pasien.
Rizky menenangkan Zahira dan memberinya saputangan untuk Zahira. Meisya tampak cemburu ketika Rizky juga bilang akan membelikan minuman buat Zahira.
Zahira bilang pasti Amira sangat senang melihat Prabu sakit karena Amira sangat dendam. Amira bilang dia mengerti perasaan Zahira dan malah mengajak Zahira berdoa buat Prabu dan berdoa agar Zahira juga tidak sedih.
Meisya kasar pada Zahira. Arman membentak Meisya. Meisya malah balas bentak Arman. Meisya bilang Amira hanya cari kesempatan untuk membunuh Prabu. Meisya akan menampar Amira dan Zahira menahannya, saat itu juga Arman langsung melindungi Zahira. Meisya mendorong Amira, lalu Amira hampir jatuh tetapi tertahan oleh Rizky.
Rizky bilang pada Meisya jangan pernah menyakiti siapapun termasuk Amira. Rizky memberikan minuman buat Zahira. Meisya pergi. Arman hanya memperhatikan Zahira, Zahira merasa tidak senang ketika Rizky menolong Amira. Rizky merasa heran karena dia bisa tiba – tiba menolong Amira.
Wisnu melihat Prabu yang berbaring dan Wisnu bilang Wisnu akan menderita karena telah membesarkan anak musuh bebuyutannya. Selena mendatangi Wisnu. Dan bilang anak yang mana yang dimaksud Wisnu? Karena dia adalah istri dari Prabu.
Wisnu sangat senang ketika dokter bilang Prabu kekurangan darah. Aini bilang Zahira sudah pasti cocok dengan Prabu, karena Zahira tidak sama dengan Aini. Wisnu ketakutan saat Zahira akan diperiksa darah, karena nanti bisa ketahuan kalau Zahira bukan anak kandung Prabu. Wisnu tidak ingin semuanya terbongkar karena dendamnya terhadap Prabu belum tersampaikan.
Amira bilang ke ibunya kalau gantungan kunci ibunya bisa saja jatuh di lokasi kecelakaan Prabu. Utari bilang itu tidak mungkin.
Wisnu melihat Zahira yang akan diperiksa darah. Zahira bilang tidak usah karena pasti sudah cocok. Dokter bilang ini sudah prosedur.
Selena menyuruh Meisya ikut tes darah, Meisya bilang biar sajah Zahira yang mendonorkan darah.karena Prabu juga lebih sayang Zahira. Selena bilang ini saatnya Meisya mencari perhatian Prabu.
Meisya diperiksa tekanan darahnya dan normal. Lalu darah Zahira akan diambil sampelnya. Wisnu sudah was was kalau rahasianya terbongkar, lalu tiba – tiba Meisya datang mengusir Zahira, karena Meisya ingin yang pertama mendonorkan darahnya buat Prabu.
Dokter mengambil sampel darah Meisya. Zahira menunggu di luar.
Lalu tiba – tiba Wisnu membiusnya dari belakang. Zahira sempat melihat tongkat orang yang membiusnya sebelum pingsan. Kalung dan gantungan kunci Zahira jatuh.
Lalu tiba – tiba Wisnu membiusnya dari belakang. Zahira sempat melihat tongkat orang yang membiusnya sebelum pingsan. Kalung dan gantungan kunci Zahira jatuh.
Wisnu minta maaf pada Zahira dan bilang dia hanya ingin rahasianya tidak terbongkar.
Amira melihat di lokasi kejadian sedang ada polisi. Ada orang yang bilang pada saat kejadian korban memegang gantungan kunci. Lalu ada seorang anak perempuan yang mengambil gangtungan kunci itu dan mengaku kalau korban itu adalah ayahnya. Amira yakin kalau gantungan kunci itu milik ibunya. Amira akan menemui Zahira, karena tidak mau ibunya mendapatkan masalah.
Dokter bilang golongan darah Meisya tidak sama dengan Prabu. Meisya mencari Zahira dan menemukan kalung dan gantungan kunci Zahira. Meisya mengambilnya.
Wisnu membawa Zahira yang pingsan di kursi roda. Wisnu minta tolong perawat agar membawa Zahira yang pingsan keluar, Wisnu bilang Zahira itu adalah anaknya yang hilang karena melihat ibunya kecelakaan.
Amira terus mencari Zahira, ingin membicarakan soal gantungan.
Meisya bilang ke Selena kalau darahnya tidak cocok. Aini menanyakan Zahira, meisya bilang Zahira itu kabur karena tidak mau mendonorkan darahnya. Aini menghubungi Zahira. Wisnu mematikan HP Zahira. Zahira masih pingsan.
Selena mengajak Meisya mencari Zahira. Meisya tidak mau. Selena bilang saat ini hanya Zahira yang bisa menolong Prabu, kalau Prabu tidak ada mereka bisa jatuh miskin.
Amira heran melihat keadaan Prabu dan merasa kasihan, bukannya merasa dendam. Amira melihat keadaan Prabu yang semakin kritis. Amira memanggil dokter. Dokter menyuruh suster agar memanggil keluarganya Prabu. Dokter menyuruh Amira keluar lalu Amira mendoakan Prabu dan pergi.
Wisnu membawa Zahira ke kontrakannya yang dulu, lalu menguncinya dari luar. Wisnu segera ke Rumah Sakit kembali karena ingin memantau keadaan.
Utari mencari – cari Amira. Utari curiga kalau Amira menengok Prabu di Rumah Sakit.
Selena, Meisya dan Aini akan ke ruangan Prabu. Selena menuduh Amiralah yang membuat Prabu semakin parah, dokter bilang justru Amiralah yang menjaga dan mendoakan Prabu.
Dokter bilang agar segera dilakukan pendonoran. Satu – satunya cara adalah dari Zahira. Amira menawarkan diri untuk mencari Zahira. Utari datang dan mengajak Amira pulang.
Amira bilang dia harus mencari Zahira karena gantungan kunci ibunya jatuh dilokasi kejadian. Utari hanya bilang Amira itu mencari alasan. Dan menuduh Amira berbohong. Meisya mendengarkan hal itu.
Meisya akhirnya tahu kalau kecelakaan Prabu ada hubungannya dengan Amira dan keluarga.
Meisya akhirnya tahu kalau kecelakaan Prabu ada hubungannya dengan Amira dan keluarga.
Aini menanyakan kepada Amira, apa melihat Zahira. Suster datang menemui Aini dan menyuruh agar Aini segera menemukan Zahira karean satu – satunya cara menolong Prabu adalah dengan donor darah.
Amira berniat mendonorkan darahnya. Wisnu yang melihat dari jauh tidak senang dengan tindakan Amira. Begitu juga denganUtari. Utari memohon pada Utari. Utari bilang belum tentu darah Amira cocok karena Amira tidak ada hubungannya dengan Prabu.
Aini berlutut, Utari mengizinkan Amira untuk tes darah karena pasti hasilnya tidak akan cocok.
Aini berlutut, Utari mengizinkan Amira untuk tes darah karena pasti hasilnya tidak akan cocok.
Wisnu bilang kalau Amira mendonorkan darahnya untuk Prabu, pasti Prabu akan selamat dan akan mengancam diri Wisnu. Karena pasti Prabu tahu kalaU Wisnu lah yang mencelakai Prabu.
Wisnu masuk ke ruangan Prabu yang kosong dan menyumpahi Prabu yang selalu membuatnya menderita.
Wisnu akan membunuh Prabu dengan menyetop aliran oksigen ke Prabu, tetapi Wisnu mengurungkan niatnya karena Wisnu tidak mau menjadi pembunuh seperti Prabu.
Wisnu akan membunuh Prabu dengan menyetop aliran oksigen ke Prabu, tetapi Wisnu mengurungkan niatnya karena Wisnu tidak mau menjadi pembunuh seperti Prabu.
Meisya dan Selena segera melihat kondisi Prabu yang mulai kritis dan kesulitan bernafas. Meisya disuruh untuk mencari Aini dan Zahira yang malah menghilang di saat kondisi Prabu koma.
Arman terus mencari Zahira.
Zahira mulai sadar dan ia kaget karena dirinya diculik. Zahira teriak minta tolong, Zahira berusaha membuka pintu tapi tidak bisa. Zahira sedih karena dia ingin menolong Prabu yang sedang kritis.
Amira sedang di tes darah. Aini dan Utari sedang menunggu hasilnya. Utari bilang pada Aini kalau ia yakin kalau darah Amira tidak akan cocok dengan Prabu yang telah membunuh Ihsan. Aini memohon agar Utari jangan bilang Prabu pembunuh lagi.
Meisya menegur Aini karena Aini malah tidak ada disamping Prabu. Aini bilang dia sedang menunggu Amira test darah. Meisya mengajak Aini pergi, karena hanya buang waktu saja, Meisya yakin darah Amira tidak akan cocok.
Suter bilang golongan darah Amira sama dengan Prabu. Utari bilang tidak mungkin. Suster bilang golongan darah bisa sama meskipun tidak memiliki hubungan darah.
Utari mengajak Amira pergi. Amira bilang dia tidak bisa melihat seseorang meninggal karena mereka tidak bisa menolongnya. Utari tetap memaksa Amira pulang karena ia tidak rela Amira mendonorkan darah untuk orang yang telah membunuh ayahnya.
Utari menyuruh Amira agar jangan keluar rumah dan jangan pernah mendonorkan darah untuk Prabu.
Dokter menyuruh keluarga agar segera mencari pendonor untuk Prabu, karena kalau tidak nyawa Prabu terancam.
Meisya langsung ingat kata – kata suster yang bilang kalau darah Amira cocok.
Meisya mendatangi Amira. Amira bilang dia tidak bisa lama – lama karena ibunya sedang marah. Meisya menunjukkan gantungan kunci kepada Amira. Meisya bilang kalau ia akan melaporkan Amiran dan Utari ke kantor polisi karena Meisya akan memnggunakan bukti kalung kunci itu sebagai bukti.
Meisya meminta Amira agar mendonorkan darahnya. Amira mau dengan syarat Meisya jangan melaporkan ibunya ke polisi.
Aini terus menangisi Prabu. Selena menyuruh Aini melepas genggaman tangan Prabu. Selena mengusir Aini dan bilang air mata Aini hanya membuat Prabu makin parah. Wisnu ingin segera keluar, karena ia sudah lama sekali di sana.
Meisya datang dan bilang kalau Amira siap mendonorkan darahnya. Wisnu sangat tidak senang melihatnya. Selena juga tidak setuju Amira yang mendonorkan. Meisya bilang pada ibunya kalau Prabu sangat kritis dan harus segera ditolong. Aini sangat senang dan berterimakasih kalau Amira mendonorkan darahnya.
Zahira sangat sedih dan dia ingat orang yang membiusnya menggunakan tongkat. Zahira lalu ingat Wisnu yang menggunakan tongkat. Zahira sangat ingin keluar karena ia harapan untuk mendonorkan darahnya.
Zahira menemukan HP nya, tetapi tidak ada baterainya. Zahira bingung bagaimana cara dia untuk keluar.
Prabu sangat kritis. Amira memandangi Prabu yang sedang kritis ada disampingnya.
Amira bilang dia tidak ingin durhaka, tetapi ia merasa ikhlas menolong Prabu. Terlebih lagi Amira melakukan semua itu demi ibunya. Amira tidak mau Meisya melaporkan ibunya ke kantor polisi.
Amira bilang dia tidak ingin durhaka, tetapi ia merasa ikhlas menolong Prabu. Terlebih lagi Amira melakukan semua itu demi ibunya. Amira tidak mau Meisya melaporkan ibunya ke kantor polisi.
Wisnu bilang pada Utari, kalau Amira mendonorkan darahnya untuk Prabu. Wisnu menyuruh Utari ke Rumah Sakit agar Utari percaya.
Utari datang ke Rumah Sakit. Utari memarahi Amira yang telah mendonorkan darahnya untuk Prabu, Aini membela Amira.
Sumber: www.youtube.com
0 comments:
Post a Comment